Dampak Lingkungan dan Kesehatan

PCBs merupakan polutan yang persisten (persistent organic pollutants, POPs) dan dapat bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun. Senyawa ini dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan. Kontaminasi oleh PCBs dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, kekebalan tubuh, hati, serta gangguan reproduksi dan perkembangan. Oleh karena itu, pengelolaan dan penghilangan PCBs sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan manusia.

Pengelolaan PCBs

Pengelolaan PCBs melibatkan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meminimalkan paparan, pemanfaatan kembali, dan pengelolaan bahan berbahaya ini secara aman. Langkah-langkah yang diambil untuk pengelolaan PCBs meliputi:

1. Identifikasi dan Inventarisasi Sumber PCBs.
   Langkah pertama dalam pengelolaan PCBs adalah melakukan identifikasi dan inventarisasi semua peralatan dan produk yang mengandung PCBs. Ini dapat mencakup transformator, kapasitor, dan bahan-bahan lain yang digunakan di industri dan fasilitas publik. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara uji visual, uji cepat dan/atau uji laboratorium.
2. Keamanan Penyimpanan.
   Untuk menghindari pelepasan PCBs ke lingkungan, bahan-bahan yang mengandung PCBs harus disimpan dengan cara yang aman dan sesuai standar, seperti menggunakan wadah kedap udara yang dapat menghalangi bocornya senyawa tersebut, dan memberikan label informasi. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan juga wajib memiliki izin dari pemerintah terkait.
3. Pengolahan (Pengurangan dan Penghapusan).
   Pengurangan PCBs dilakukan dengan cara retrofilling, dan non termal (dekontaminasi dan deklorinasi), serta Penghapusan PCBs dilakukan dengan cara pengolahan termal (Incineration).

Teknologi Pengurangan dan Penghapusan Senyawa PCBs

Berbagai teknologi telah dikembangkan untuk menghapuskan PCBs dengan aman, di antaranya:

1. Termal (Incineration).
   Proses ini melibatkan pembakaran PCBs pada suhu yang sangat tinggi untuk memecah senyawa tersebut menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Pembakaran pada suhu lebih dari 1.100°C dengan efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa dengan nilai paling sedikit mencapai 99,9999%.
2. Non-termal (Dekontaminasi & Deklorinasi).
   Teknologi ini menggunakan reaksi kimia dari pelarut atau logam alkali yang terikat pada senyawa organik atau anorganik untuk menghilangkan atom klor dari molekul PCBs, menghasilkan senyawa yang tidak berbahaya.
3. Bioremediasi.
   Menggunakan mikroorganisme untuk memecah dan menguraikan PCB dalam tanah atau air. Teknologi ini lebih ramah lingkungan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pengelolaan dan Penghapusan di Indonesia

Pengelolaan PCBs masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan laporan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), negara ini terlibat dalam upaya pengelolaan POPs, termasuk PCBs, dengan mematuhi berbagai konvensi internasional, seperti Konvensi Stockholm tentang POPs. Pemerintah Indonesia, dalam kerjasama dengan lembaga internasional, telah berupaya untuk melakukan pemantauan, identifikasi, dan penghapusan PCBs melalui berbagai program dan kebijakan seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.29 tahun 2020, serta termasuk pengawasan terhadap limbah industri dan fasilitas yang mengandung bahan berbahaya ini.